Hampir seluruh daerah di Provinsi Jawa Timur merupakan daerah rawan bencana. Dari peta bencana, di Jatim ancaman itu meliputi tsunami, gempa, gunung berapi, banjir, dan longsor.
Ancaman tsunami berasal dari Samudra Hindia, dan letusan dari tujuh gunung berapi aktif. Sementara itu, ancaman banjir tahunan dari dua sungai besar, yakni Bengawan Solo dan Brantas.
“Hampir semuanya berpotensi terjadi bencana. Panjangnya tanggul sungai Bengawan Solo dan Brantas juga merupakan ancaman bencana jika tanggul tersebut jebol,” kata Amien Widodo, peneliti dari Pusat Studi Kebumian dan Bencana Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya Selasa, 21 Desember 2010.
Dia menerangkan, bencana banjir tahunan mengancam daerah yang dilalui Sungai Bengawan Solo, yakni Kabupaten Ngawi, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, dan Gresik. Selain itu, daerah rawan banjir lainnya adalah yang dilalui Sungai Brantas meliputi Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, dan Surabaya.
Sedangkan daerah di wilayah selatan Jatim, yakni Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, dan Madiun juga berpotensi mengalami bencana gempa tektonik hingga tsunami.
Ancaman juga terkait keberadaan tujuh gunung berapi aktif di Jatim yang sewaktu-waktu aktivitasnya meningkat, yakni Gunung Kelud di Kediri, Arjuno-Welirang di Malang, Bromo di Probolinggo, Semeru di Lumajang, Ijen di Banyuwangi, Raung di Jember, dan Gunung Lamongan.
Amien meminta semua daerah di Jatim segera membentuk dan mengoptimalkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar lebih optimal menangani bencana.
Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian, jatuhnya korban bukan saat terjadi bencana. Namun, korban juga terjadi karena tertimpa bangunan rumah atau gedung lainnya.
Karena itu, pihaknya khawatir jika bencana terjadi pada pagi atau siang hari, akan banyak memakan korban anak-anak sekolah. “Kalau sampai sekolah roboh karena bencana dan menimpa para siswa, pasti korbannya semakin besar,” tutur Amin.
Ia menyarankan, BPBD nantinya harus melakukan penelitian dan langkah-langkah membuat bangunan di sekitar daerah bencana yang mampu mengantisipasi banyaknya korban. “Justru rumah dari kayu lebih ramah terhadap bencana,” tambah Amien.
Sumber. vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar